PUASA HAKEKAT

ImagePuasa Ramadhan merupakan kewajiban seluruh umat muslim. alangkah bijaknya jika anda memahami lebih dalam tentang puasa.

Puasa syariat adalah menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Puasa kerohanian selain yang demikian ditambah lagi memelihara pancaindera dan fikiran dari perkara-perkara yang keji. Ia adalah melepaskan segala yang tidak sesuai, lahir dan batin. Rusak sedikit saja niat mengenainya rusaklah puasa rohani. Puasa syariat terikat dengan masa sementara puasa rohani selalu di dalam kehidupan sementara ini dan kehidupan abadi di akhirat. Inilah puasa yang sebenarnya.

Nabi s.a.w bersabda, “Banyak orang yang berpuasa tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga”.

Puasa syariat ada waktu berbuka tetapi puasa rohani berjalan terus walaupun matahari sudah terbenam, walaupun mulut sudah merasakan makanan. Mereka adalah yang menjaga pancaindera dan pikiran bebas dari kejahatan dan yang menyakiti orang lain. Untuk itu Allah telah berjanji, “Puasa adalah amalan untuk-Ku dan Aku yang membalasnya”.

 

Mengenai dua jenis puasa itu Nabi s.a.w bersabda, “Orang yang berpuasa mendapat dua kesukaan. Pertama bila dia berbuka dan kedua bila dia melihat”. B agi Orang yang hanya mengerti agama secara lahir mengatakan kesukaan yang pertama itu ialah kesukaan ketika berbuka puasa dan ‘kesukaan apabila mereka melihat’ itu ialah melihat awal bulan Syawal yang menandakan hari raya. Orang yang mengetahui makna batin bagi puasa mengatakan kesukaan berbuka puasa ialah apabila seseorang yang beriman itu masuk syurga dan menikmati balasan di dalamnya, dan kesukaan yang lebih lagi ialah ‘apabila melihat’, yang bermaksud apabila orang yang beriman melihat Allah dengan mata rahasia bagi hati.

 

LAA ILAHA ILALLOH

Lebih berharga dari dua jenis puasa itu ialah puasa yang sebenarnya (puasa hakikat), yaitu mencegah hati dari menyembah sesuatu yang lain dari Zat Allah. Ia dilakukan dengan mata hati buta terhadap semua wujud, walaupun di dalam alam rahasia di luar dari alam dunia ini, melainkan kecintaan kepada Allah, kaana walaupun Allah menjadikan segala-galanya untuk manusia, Dia jadikan manusia untuk-Nya, dan Dia berfirman: 
“Insan adalah rahasia-Ku dan Aku rahasianya”.

 

Rahasia itu ialah cahaya daripada cahaya Allah Yang Maha Suci. Ia adalah pusat di jantung hati, dijadikan dari sejenis jisim yang amat unik. Ia adalah roh yang mengetahui segala rahasia-rahasia yang haq. Ia adalah yang menghubungkan rahasia di antara yang dicipta dengan Pencipta. Rahasia itu tidak cenderung dan tidak mencintai sesuatu yang lain daripada Allah.

 

Tidak ada yang lebih berharga untuk di-ingini, tiada yang dikasihi di dalam dunia ini dan di akhirat, melainkan Allah. Jika satu zarah saja dari sesuatu memasuki hati selain kecintaan kepada Allah, maka batallah puasa hakikat. Seseorang perlu memperbaharuinya, menghadapkan segala kehendak dan niat kembali kepada kecintaan-Nya, di sini dan di akhirat. Firman Allah, “Puasa adalah untuk-Ku dan hanya Aku yang membalasnya”.

 

Ini sedikit rahasia Laa Ilaha Ilalloh. Laa Ilaha, tidak ada wujud apapaun.. Ilalloh, hanya Wajibal Wujud, Allah

Khidmat Ilmiah Manaqib Suryalaya 23-02-2013

KHIDMAT ILMIAH MANAQIB BULAN RABIUL AKHIR 1434 H
Oleh : K.H. Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab
(Sabtu, 12 Rabiul Akhir 1434 H / 23 Pebruari 2013 M)
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Almukaromin wal muhtaromin. Bil khusus ruhna Hadrotis Syaikh Guru Agung Pangersa Abah (KH. A. Shohibulwafa Tajul Arifin), almukaromin para wakil talqin, keluarga besar Pangersa Abah Sepuh dan Pangersa Abah Anom, para pengurus YSB Suryalaya Pusat, Korwil, Perwakilan, Pembantu Perwakilan, Mubalighin/Mubalighat, Ibu Bella, semua ikhwan wal akhwat rohimakumullah.

Hadirin, bulan Maulid Rabiul Awal manaqib kita adalah berkaitan dengan Peringatan Maulid Nabi.
Bulan Rabiul Akhir, kalau orang sunda menyebutnya “silih mulud”, kalau orang jawa banyak menyebutnya “syawal mulud/ ba’dil mulud”. Ada hal yang sangat terkait sebagaimana yang dibacakan oleh pembaca Manqobah (KH. Abdul Qohir), beliau membacakan tentang Wafatnya Guru Agung, Pemimpinnya para wali, imamnya para asfiya(para sufiya), gaidnya para ahli ma’rifat Syaikh Abdul Qodir Al Jailani qs.
Izin Allah qori kita (Ust. Abdul Wahid) membacakan surat Al Muluk. Kalau ditanya bagi orang yang berthariqat ayat Quran-nya ayat quran mana sih ? Saya melihat sebuah budaya, fenomena yang berjalan, mungkin karena keterbatasan bekal ilmu banyak sekali orang berthariqat yang kalau mengangkat Quran sebatas ayat-ayat yang ada “dzikru”nya, misal : fadzkuru, dzakirin, dzakiro, udzkur. Di satu pihak baik, jangan sebut salah,karena itu memang Al Quran.
Kurang lebih kalau kita membuka Kitab Mu’jam Al Mufaros ada 300 ayat lebih yang memakai kalimat “dzikru”. Tetapi jangan menganggap ayat lain bukan ayat dzikir, ini kepada Sauradara-saudara saya para Mubaligh/Mubalighoh terutama silahkan, dari mulai Al Fatihah sampai An Nas semuanya Al Quran itu disebur dzikir “inna nahnu nazzalna dzikro wa inna lahu lahaafidzuun” sebab ketika mubaligh kita mengangkatnya hanya ayat dzikir, terus terang oleh ulama yang tidak senang terhadap thoriqat, maaf ditertawakan. Ayo kita tambahkan ilmu, sesuai dengan Maklumat Guru Agung Pangersa Abah “Tambahkan pengetahuan”, belajar dzikir tidak menafikan pengetahuan karena pengetahuan menjadi syarat di dalam berdzikir. Yang jangan itu berfatwa berlebihan, bahwa untuk belajar dzikir thoriqat harus sudah mengusai 12 pan umpama, itu opini yang dibuat, tidak begitu. Anda bodoh super bodoh sekalipun sah untuk mengambil belajar thoriqat. Tidak faham Quran tidak faham Hadits masuk Islamnya pun baru umpamanya, sah.
Ada pengalaman saya : waktu itu ada yang baru masuk Islam dan ingin juga mendapatkan talqin dzikir thoriqat, waktu itu saya tidak berani. Saya telepon dulu ke Pangersa Abah (hati-hati …..hati-hati….. kepada yang pintar-pintar, dalam hal-hal thoriqiyyah ada tatakrama tertentu), saya tidak langsung mengiyakan. Setelah ada jawaban baru Saya lakukan proses talqin tersebut.
Ini bagi saya menjadi bukti bahwa untuk menjagi pengamal thoriqat manapun khususnya TQN Pontren Suryalaya, bukan tidak boleh belajar ilmu tapi tidak disyaratkan harus sudah tinggi ilmu. Catat itu, sering salah faham itu. Mau dari dalam dulu terus yang luar, silahkan. Dari luar dulu terus yang dalam, boleh. Bijaksananya….masya Allah. Alhadulillah. Ini semua adalah sebuah Ijtihad, tidak berlebihan kalau saya menyebutkan Hadrotus Syaikh Guru Agung Pangersa Abah adalah Al Mujtahid fith-thoriq. Bukan mujtahid dalam fiqih, tapi beliau mendapatkan kemampuan membuat kebijakan-kebijakan di dalam hal berthoriqat. Antara lain : Andai belajar thoriqat ini harus memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan oleh para sufiyyah masa lalu, maka orang seperti kita tidak kebagian. Paling menjadi pengikut bagian belakang, tidak ikut mengamalkan. Beliau bekerja keras, beliau melakukan Muroqobah pada Allah, Beliau melakukan Riyadhah, saum yang sangat lama, sholatul lailyang tiada bolos tiada kosong, munajat dengan ikhlas, maka orang-orang yang sekelas kita yang begitu kotor, bodoh mendapatkan kesempatan untuk mengamalkan. Alhamdulillah. Terimakasih……Guru Agung, ……….terimakasih. Sungguh banyak ulama yang ilmunya tinggi tapi oleh Allah tidak diberi kesempatan. Tetapi Allah memberikan kelebihan, kelebihan yang terutama adalah dibidang ma’rifat , di bidang ibadah, dibidang akhlaq. Andai karena tidak belajar Akhlaq, mohon maaf pak kalau soal ngaji kitab, Sukabumi, Cianjur jagonya. Wong Pangersa Abah sendiri belajar ngajinya dari Cianjur (dari Jambudwipa, Cicariang) di Sukabumi (Cimalati) kalau soal ilmu, tetapi tugas dari Allah kita bukan sekedar ilmu, mari kita rujuk kepada surat tadi.
Sebagai khodim Pesantren Suryalaya, apapun pangkatmu, setinggi apapun pengetahuanmu, sehebat apapun ibadahmu, sehebat apapun kemampuan manajemenmu yang namanya murid Suryalaya, semuanya adalah Khodim (Pelayan). Seluruh murid TQN Pontren Suryalaya, setinggi apapun ilmunya, sehebat apapun ibadahnya, sehebat apapun amalnya, sekaya apapun hartanya, sehebat apapun kepemimpinannya, setinggi apapun pangkatnya, posisikan diri anda semua jangan ragu kita semua adalah Khodim (Pelayan). Kita tidak boleh lupa perkataan Khodimul Muqoddam (Khodim utama), saya menyebutnya di antara khodim utama adalah Pangersa Akeh, Pangersa Aang-Cianjur, sepuh-sepuh yang terus berkhidmat. Beliau mengatakan di mimbar ini “Awas jangan lupa tujuan kita semua kesini untuk menerima limpahan”siapkan wajannya, yang bolong ditutup, buang yang berkarat, “sugan we sa kecret luluberan teh kena ka urang”barangkali saja ada setetes limpahan itu kena kepada kita, maaf tidak bermaksud menasihati siapapun jangan salah faham.
Hadirin rahimakumullah. Kita adalah Khodim, para pelayan. “tabaarokalladzii biyadihil mulk” Maha Barokah dzat Allah yang ditangan Dia seluruh kerajaan bumi, langit, dunia, akhirat semua kekuasaan ditangan Dia. “Wahuwa ‘ala kulli syai-in qodiir” Dia terhadap segala sesuatu (apapun sesuatu itu) mampu. Bagaimana tidak mampu wong Dia Sang Pencipta, Dia yang mentakdirkan. Dan Dia pula “alladzii kholaqol maut” yang menciptakan maut. Kalau bicara maut jangan sebatas maut setelah hidup, wong sebelum hidup juga kita sudah maut, tadinya maut lalu hidup setelah hidup maut setelah maut hidup lagi, “wal hayat” dan hidup. Khususnya hidup di muka bumi ini untuk apa Ya Allah kami dihidupkan dimuka bumi ini ? (ngadon ngariweuhkeun, ngadon ngaheuheurinanan) Allah berfirman“liyabluwakum” untuk menguji, ngetes, imtihan, mencoba; “ayyukum ahsanu ‘amala” siapa diantara kamu sekalian yang amalannya (amalan urusan ukhrowinya, dunianya, ibadahnya, aqidahnya, pelayanannya; amal itu jangan disempitkan hanya sholat rukun Islam saja bukan, semua pekerjaan, amal). Awas kawan-kawan, awas para wakil talqin, hati-hati para pengurus, kawan-kawan di gugus depan di Suryalaya ketika mengalami barokah dari Pangersa Guru Agung Hadrotus Syaikh Pangersa Abah Anom, jangan pernah dalam hati kita mengatakan “Aku Hebat”. Ke Ananiyahan sangat berbahaya di dalam Thoriqat. Yang muncul dalam qalbu kita adalah Agungnya Guru, Karomah Guru. Saya berani berandai-andai. Andai semua pimpinan di tingkat negara maupun keumatan memahami Tanbih Pangersa Abah Sepuh yang ditandatangi oleh Guru Agung Pangersa Abah Anom, dunia pasti aman, masyarakat pasti sejahtera.
“huwal ‘azis” Allah Maha Perkasa, “huwal ghafur” Allah Maha Pengampun, diantara kerja Allah adalah “alladzii kholaqo sab’a samaawaatin tibaaq” Allahlah yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.
Salah satu Adab Murid di dalam thariqat yang terdapat dalam Kitab Anwarul Qudsiyyah diantaranya “yaqinuka bi anna syaikhoka mursyiduka” keyakinanmu bahwa gurumu adalah mursyidmu yakini jangan ragu-ragu, kalau anda ragu-ragu maka dia sebesar dugaan kita. Abah Anom adalah Waliyyan Mursyida seorang Waliyullah yang sampai ke tingkat Irsyad dan ia mampu membawa ruh kita dari mulqi ke alam lahut. Kita sekalian posisinya adalah sebagai khodim. Di dalamnya (kitab Anwarul Qudsiyyah) ada apa lagi, diantara 24 adab adalah “al bu’du ansyammiriisithoriqoh” em>jauhkan dirimu dari merasa kamu sudah mencapai maqam dalam thoriqat. Ini normatif, jangan salah faham saya tidak bermaksud menyinggung siapapun. Wahai semua murid kontrol hati masing-masing jangan sampai anda merasa “aku sih sudah punya maqam/kelas tertentu”. Seribu kali karomah melimpah pada kita, tidak ada karomah itu karomah dirimu sendiri. Bahkan dalam Kitab Al Hikam dikatakan“innamaa nahnu fitnatun idzaa fatahalaka baaban minattawajjuh fala tubaali ‘an ghalla ‘amalu” kalau anda dalam belajar thariqat merasakan kehebatan/keluarbiasaan yang diberikan Allah pada diri saudara, hati-hati jangan menganggap bahwa itu adalah tempat tertinggi bagi saudara. “falmathluubu amaamat” yang kau cari masih di depan sana. Silahkan saudara-saudara mau mengambil pemikiran yang mana, mari kita istiqamah…istiqomah….kita selalu berdo’a diakhiri dengan “Wa’tashimu bi hablillah” berpeganglah semuanya pada tali Allah, “walaa tafarroquu” jangan bercerai berai, jangan…. kita sedang diuji, iman kita sedang diuji, kebenaran kita dalam berthariqat sedang diuji, ruh kita sedang diuji, qalbu kita sedang diuji. Bagi yang masih berada dibelakang kira-kira maqamnya sabarlah, tidak usah menyalip orang. Bagi yang sudah di depan hati-hati….offsite. Semuanya kontrol diri. Saya bicara begini supaya tidak ada yang gagal.
Hadirin rohimakumullah. “walaa tasummu riihat thoriqat” jangan pernah Anda merasa bahwa Aku telah sampai pada “rih” tertentu, jangan. Lebih baik kita posisikan diri kita adalah sebagai Khodim. Allah telah menurunkan alat utama, raja semua amalan, kalimat maha sakti, pusaka yang sangat mulia, kalimatut thayyibah, kalimatul ikhlas“LAA ILAAHA ILLALLAAH”. Bersyukurlah kita yang bodoh dan yang kotor dipertemukan dengan Pondok Pesantren Suryalaya, semoga istiqomah semua, semoga tawadhu semua, semoga lurus semua. Sejelek-jeleknya orang kalau lurus insya Allah ada harapan untuk sampai tujuan.
Terakhir marilah kita berdo’a : “Yaa Allah Andai Engkau berkehendak, semoga Engkau berkehendak untuk mengangkat pelanjut dari lingkungan keluarga Beliau”. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

 

DOA AYAT KURSI

Terjemah Doa Ayat Kursi Istikhdam Sayyid Kandiyas

Berikut ini adalah terjemah dari Doa Ayat Kursi yang diambil dari kitab Khazinatul Asrar halaman 151.

Disebutkan didalam kitab Khazinatul Asrar hal. 150 bahwa Imam Al-Ghazaly berkata bahwa doa ini adalah doa yang diberkati, tidak ada doa lain di alam ini yang lebih cepat daripadanya dalam melapangkan segala urusan dalam waktu-waktu yang berat/sulit, yaitu dengan membaca Ayat al-Kursi sebanyak 313 kali diwaktu akhir malam ditempat yang sepi yang jauh dari keramaian manusia lalu kemudian membaca doa-nya 7 kali, Insya Allah mustajab.

Menurut Imam Ahmad bin Ali Al-Buni, jika dawam membaca Doa Ayat Kursi ini 20 kali setiap selesai shalat 5 waktu dalam khalwat, Insya Allah akan dapat menundukkanKhodam Ayat Kursi.

Dan berkata sebagian Ahli Khawwash bahwa barangsiapa yang selalu mendawamkan membaca Doa Ayat Kursi ini satu kali setiap hari dengan sebelumnya membaca Ayat Kursi sejumlah kata-katanya (50x) atau sejumlah huruf-nya (170x) maka Allah akan menundukkan anak cucu Adam dan Hawa baginya, dan Allah akan membukakan apa-apa yang tertutup baginya serta memudahkan segala urusannya.

Berikut ini adalah teks doa-nya:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillahirrahmaanirrahiim

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

.

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Alhamdulillaahi rabbil’alamiin

Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam

.

وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آَلِهِ وَصَحَبِهِ وَسَلَّمَ

Wash-sholaatu was-salaamu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa’ala aalihi washahbihi wasallam

Semoga Shalawat (Kesejahteraan) dan Salaam (keselamatan) tercurahkan keatas junjungan kami nabi Muhammad, dan kepada keluarganya dan para sahabatnya

.

اَللَّهُمَّ اِنِّى أَسْئَلُكَ وَأَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ

Allahumma inniy as-aluka wa atawassalu ilayka

Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan aku bertawasul kepadaMu

.

يَاأَللهُ 3 يَارَحْمنُ 3 يَارَحِيْمُ 3 يَاهُ 3 يَارَبَّاهُ 3 يَاسَيِّدَاهُ 3 يَاهُوَ 3

(Yaa Allahu 3x), (Yaa Rahmaanu 3x), (Yaa Rahiimu 3x), (Yaa Hu 3x), (Yaa Rabbaahu 3x), (Ya Sayyidaah 3x), (Yaa Huwa 3x)

Ya Allah (3x) , Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih (3x), Wahai Tuhan Yang Maha penyayang (3x)

.

يَاغِيَاثِى عِنْدَ شِدَّتِى

Yaa ghiyaatsiy ‘inda syiddatiy

Wahai Tuhan yang selalu menolongku dalam kesusahanku

.

ياأَنِيْسِى عِنْدَ وَحْدَتِي

Yaa aniisiy ‘inda wahdatiy

Wahai Tuhan yang selalu membantuku dalam kesendirianku

.

يَامُجِيْـِبيْ عِنْدَ دَعْوَتِي

Yaa mujiibiy ‘inda da’watiy

Wahai Tuhan yang selalu memperkenankan doa permohonanku

.

يَاأَللهُ 3

(Yaa Allahu 3x)

Wahai Allah (3x)

.

اَلله ُلآاِلهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ

Allaahu laa ilaaha illa huwal hayyul qayyuum

Allah tidak ada Ilah selain Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)

.

يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ

Yaa Hayyu Yaa Qoyyuumu

Wahai Yang Maha Hidup dan Yang Maha Kekal

.

يَامَنْ تَقُوْمُ السَّمَوَاتُ وَاْلاَرْضُ بِأْمْرِهِ

Yaa man taquumus-samaawaatu wal ardlu bi amrihii

Wahai Tuhan Yang menciptakan langit dan bumi keseluruhannya dengan perintah-Nya

.

يَاجَامِعَ الْمَخْلُوْقَاتِ تَحْتَ لُطْفِهِ وَقَهْرِهِ

Yaa jaami’al makhluqaati tahta luthfihii waqohrihi

Wahai Tuhan Yang menghimpun segala makhluk di bawah kelembutan-Nya dan kegagahan-Nya

.

أَسْئَلُكَ اللَّهُمَّ اَنْ تُسَخِّرَ لِى رُوْحَانِيَّةَ هَذِهِ اْلآَيَةِ الشَّرِيْفَةِ

As-aluka allaahumma an-tusakh-khiro-liy ruuhaaniyyati haadzihil ayatis-syariifah

Aku memohon kepada-Mu yang Allah, tundukkanlah bagiku ruhaniyyah ayat yang mulia ini

.

تُعِيْنُنِىْ عَلَى قَضَاءِ حَوَائِجِى

tu’iinuniy ‘alaa qodloo’i hawaa-ijiy

agar dia membantuku untuk menunaikan setiap hajatku

.

يَامَنْ لاَتَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَانَوْمُ

Yaa man laa ta-khudzuhuu sinatuw-walaa nauwm

Wahai Tuhan Yang tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur

.

اِهْدِنَااِلَى الْحَقِّ وَاِلَى طَرِيْقٍ مُسْتَقِيْمٍ

Ihdinaa ilal haqqi wa ilaa thariiqim mustaqiim

Bimbinglah kami ke kepada keberanan yang haq dan kepada jalan yang lurus

.

حَتَّى اَسْتَرِيْحَ مِنَ اللَّوْمِ

hattaa astari’hu minal-lauwm

Sehingga jauh daripada cela

.

لآَاِلهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ

Laa ilaaha illa anta subhaanaka inniy kuntum-minazh-zhaalimiin

Tiada Tuhan yang lain selain Engkau, maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah dari golongan aniaya

.

يَامَنْ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

Yaa man lahuu maa fis-samaawaati wamaa fil ardli man dzalladziy yasyfa’u ‘indahuu illaa bi-idznih

Wahai Tuhan yang memiliki apa yang terdapat di langit dan dibumi, tiada yang dapat memberi syafa’at pada sisi-Nya tanpa izin-Nya

.

اَللَّهُمَّ اشْفَعْ لِي وَارْشُدْنِي فِيْمَا اُرِيْدُ مِنْ قَضَاءِ حَوَائِجِي وَاِثْبَاتِ قَوْلِي وَفِعْلِي وَعَمَلِي

Allaahumar-fa’niy war-syudniy fiimaa uriidu min qadlaa-i hawaa-ijiy, wa itsbaati qawliy wa fi’liy wa ‘amaliy

Wahai Allah, angkat(tolong)-lah aku, dan tunjukkanlah aku pada apa-apa yang aku inginkan dan dari qabul nya hajat-hajatku dan menetapkan kata-kataku, menetapkan perbuatanku serta amalku

.

وَبَارِكْ لِي فِى اَهْلِي

Wa baarik liy fii ahliy

Dan anugerahilah bagiku keberkatan, juga pada keluargaku

.

يَامَنْ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ

Yaa man ya’lamu maa bayna aydiihim wamaa kholfahum walaa yuhiithuuna bi-syai-im min ‘ìlmih

Wahai Tuhan yang mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah

.

يَامَنْ يَعْلَمُ ضَمِيْرَ عِبَادِهِ سِرًّا وَجَهْرًا

Yaa man ya’lamu dlomiira ‘ibaadihii sirran wa jahran

Wahai Tuhan yang maha mengetahui apa-apa yang di hadapan makhluk-Nya baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan

.

أَسْئَلُكَ اللَّهُمَّ اَنْ تُسَخِّرَلِيْ خُدَّامَ هَذِهِ اْلآَيَةِ الْعَظِيْمَةِ وَالدَّعْوَةِ الْمُنِيْفَةِ

As-aluka allaahumma an-tusakh-khiraliy khuddaama haadzihil aayatil ‘azhiimah wad-da’watil muniifah

Aku mohon kepada-Mu yaa Allah, tundukkanlah bagiku khodam ayat yang agung ini dan doa yang baik ini

.

يَكُوْنُوْنَ لِيْ عَوْنًا عَلَى قَضَاءِ حَوَائِجِيْ

Yakuununa liy ‘aunan ‘alaa qadlaa’i hawaaijiy

Jadikanlah mereka pembantu dan penolongku dalam menunaikan segala hajatku

.

هَيْلاً 2 جَوْلاً 2 مَلكًا 2

Hailan (2x), Jaulan (2x), Malkan (2x)

Hailan (2x), Jaulan (2x), Malkan (2x)

.

يَامَنْ لاَيَتَصَرَّفُ فِى مُلْكِهِ

Yaa man laa yatasharraf fii mulkihii

Wahai Tuhan Yang Maha Pengatur dalam kekuasaan-Nya

.

إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ

Illaa bimaasyaa-u wasi’a kursiyyuhussamaawaati wal ardl

Melainkan dengan kehendak-Nya. Ilmu serta kekuasaan-Nya meliputi langit dan bumi

.

سَخِّرْ لِيْ عَبْدَكَ كَنْدِيَاسٍ حَتىَّ يُكَلِّمُنِيْ في حَالِ يَقْظَتِيْ وَيُعِيْنُنِيْ في جَمِيْعِ حَوَائِجِيْ

Sakkhirliy ‘abdaka Kandiyaas, hatta yukallimaniy fii haali yaqzhati wayu’iinuniy fiy jamii’i hawaijiy

Tundukkanlah bagiku hamba-Mu Kandiyas, sehingga ia dapat berbicara dengaku dalam keadaan terjaga dan membantu serta menolongku dalam tercapainya segala hajatku

.

يَامَنْ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Yaa man walaa yauuduhuu hifzhuhumaa wahuwal’aliyyul’azhiim

Wahai Tuhan yang tiada sulit bagi-Nya menjaga kedua-duanya (langit dan bumi) dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Agung

.

يَاحَمِيْدُ يَامَجِيْدُ يَابَاعِثُ يَاشَهِيْدُ يَا حَقُّ يَاوَكِيْلُ يَاقَوِيُّ يَامَتِيْنُ

Yaa Hamiidu Yaa Majiidu Yaa Baa’itsu Yaa Syahiidu Yaa Haqqu Yaa Wakiilu Yaa Qawiyyu Yaa Matiin

Wahai Tuhan Yang Maha Terpuji, Wahai Tuhan Yang Maha Mulia, Wahai Tuhan Yang Maha Membangkitkan, Wahai Tuhan Yang Maha Menyaksikan, Wahai Tuhan Yang Maha Benar, Wahai Tuhan Yang Maha Memelihara , Wahai Tuhan Yang Maha Kuat , Wahai Tuhan Yang Maha Kokoh

.

كُنْ لِيْ عَوْنًا عَلَى قَضَاءِ حَوَائِجِى

Kunliy ‘aunan ‘ala qadlaa’i hawaijiy

Jadikanlah bagiku bantuan atas tertunaikannya segala hajat-hajatku

.

بِأَلْفٍ أَلْفٍ لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِا اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ

Bi alfi alfi laa hawla walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim

Dengan beribu-ribu tiada daya dan upaya, melainkan dengan kekuasaan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.

.

أَقْسَمْتُ عَلَيْكَ اَيُّهَا السِّيدَ الْكَنْدِيَاسَ

Aqsamtu ‘alaika ayyuhas-sayyid al-kandiyaas

Aku perintahkan keatas engkau wahai Sayyid Kandiyas

.

أَجِبْنِىْ أَنْتَ وَخُدَامُكَ وَأَعِيْنُوْنِى فِى جَمِيْعِ أُمُوْرِيْ

Ajibnii anta wa khudaamuka wa a’iinuniy fii jami’i umuuriy

Jawablah aku beserta seluruh pembantumu bantulah aku dalam segala urusan-urusan dan hajatku

.

بِحَقِّ مِاتَعْتِقِدُوْنَهُ مِنَ الْعَظَمَةِ وَالْكِبْرِيَاءِوَبِحَقِّ هَذِهِ اْلآيَةَ ِالْعَظِيْمَةِ

Bihaqqi maa ta’taqiduunahuu minal azhomati wal kibriyaa-i

Dengan Haq apa yang diyakinkan dengan keagungannnya, dan dengan berkat ayat yang agung

.

وَبِسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ

Wa bisayyidinaa Muhammadin ‘alayhish-shalaatu was-salaam

Dan dengan berkat junjungan kami Muhammad SAW

*******

 

Amalan Sholat Fardhu dan Sunah

SHOLAT FARDHU DAN SUNNAT YANG DICONTOHKAN OLEH SYEKH MURSYID TQN SURYALAYA

AMALAN SEKITAR JAM 02.00 DINI HARI

1) Mandi Taubat
2) Sholat Syukrul Wudlu 2 roka’at (setelah berwudlu sebelum kering anggota wudlu).
3) Sholat Tahiyyatal Masjid 2 roka’at.
4) Sholat Taubat 2 roka’at.
5) Sholat Hajat 2 roka’at.
6) Sholat Tahajjud 6 roka’at.
7) Sholat Tasbih 4 roka’at.
8) Sholat Witir 3 roka’at.
9) Dzikir Jahar

AMALAN SETELAH AZAN SHUBUH

1) Sholat Sunnat Shubuh 2 roka’at.
2) Sholat Lidaf’il Bala 2 roka’at.
3) Sholat Fardlu Shubuh 2 roka’at.
4) Dzikir Jahar

AMALAN SETELAH TERBIT MATAHARI

1) Sholat Isroq 2 roka’at.
2) Sholat Isti’adah 2 roka’at.
3) Sholat Istikhoroh 2 roka’at.
4) Dzikir Jahar

AMALAN SEKITAR JAM 9 PAGI

1) Sholat Dluha 2 roka’at.
2) Sholat Kifaratul Bauli 2 roka’at.
3) Dzikir Jahar

AMALAN SETELAH AZAN ZHUHUR

1) Sholat Qobliyah Zhuhur 2 roka’at.
2) Sholat Fardlu Zhuhur 4 roka’at.
3) Dzikir Jahar
4) Sholat Ba’diyah Zhuhur 2 roka’at.

AMALAN SETELAH AZAN ASHAR

1) Sholat Sunnat Ashar 2 roka’at.
2) Sholat Fardlu Ashar 4 roka’at.
3) Dzikir Jahar

AMALAN SETELAH AZAN MAGHRIB

1) Sholat Qobliyah Maghrib 2 roka’at
2) Sholat Fardlu Maghrib 3 roka’at.
3) Dzikir Jahar
4) Khotaman.
5) Sholat Ba’diyah Maghrib 2 roka’at.
6) Sholat Awwabin 2 roka’at.
7) Sholat Taubat 2 roka’at.
8) Sholat Birrulwalidaini 2 roka’at.
9) Sholat Hifdzil Iman 2 roka’at.
10) Sholat Syukrun Nikmat 2 roka’at.

AMALAN SETELAH AZAN ISYA

1) Sholat Qobliyah Isya 2 roka’at.
2) Sholat Fardlu Isya 4 roka’at.
3) Sholat Ba’diyah Isya 2 rokaat.
4) Dzikir Jahar
5) Sholat Lidaf’il Bala 2 roka’at.
6) Khotaman

AMALAN SEBELUM TIDUR

1) Sholat Muthlaq 2 roka’at.
2) Dzikir Jahar

_______

Sholat-sholat sunnat tersebut di atas boleh dilakukan kapan saja dan di mana saja, asalkan tidak dilakukan pada saat KAROHAH (waktu-waktu yang dilarang melakukan sholat), yaitu:

1) Setelah melaksanakan sholat shubuh.

2) Ketika matahari mulai terbit (belum terlihat sempurna bulatnya).

3) Ketika matahari berada pada posisi tepat di atas kepala.

4) Setelah melaksanakan sholat ashar.

5) Ketika matahari mulai terbenam sampai tidak terlihat lagi.

TANBIH

Tanbih

Tanbih ini dari Syaekhuna Almarhum Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad yang bersemayam di Patapan Suryalaya Kajembaran Rahmaniyah.
Sabda beliau kepada khususnya segenap murid-murid pria maupun wanita, tua maupun muda :

“Semoga ada dalam kebahagiaan, dikaruniai Allah Subhanahu Wata’ala kebahagiaan yang kekal dan abadi dan semoga tak akan timbul keretakan dalam lingkungan kita sekalian.
Pun pula semoga Pimpinan Negara bertambah kemuliaan dan keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur dhohir maupun bathin.
Pun kami tempat orang bertanya tentang Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, menghaturkan dengan tulus ikhlas wasiat kepada segenap murid-murid : berhati-hatilah dalam segala hal jangan sampai berbuat yang bertentangan dengan peraturan agama maupun negara.
Ta’atilah kedua-duanya tadi sepantasnya, demikianlah sikap manusia yang tetap dalam keimanan, tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap Hadlirat Illahi Robbi yang membuktikan perintah dalam agama maupun negara.

Insyafilah hai murid-murid sekalian, janganlah terpaut oleh bujukan nafsu, terpengaruh oleh godaan setan, waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah agama maupun negara, agar dapat meneliti diri, kalau kalau tertarik oleh bisikan iblis yang selalu menyelinap dalam hati sanubari kita.

Lebih baik buktikan kebajikan yang timbul dari kesucian :

  1. Terhadap orang-orang yang lebih tinggi daripada kita, baik dlohir maupun batin, harus kita hormati, begitulah seharusnya hidup rukun dan saling menghargai.
  2. Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya, jangan sampai terjadi persengketaan, sebaliknya harus bersikap rendah hati, bergotong royong dalam melaksanakan perintah agama maupun negara, jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan, kalau-kalau kita terkena firman-Nya “Adzabun Alim”, yang berarti duka-nestapa untuk selama-lamanya dari dunia sampai dengan akhirat (badan payah hati susah).
  3. Terhadap oarang-orang yang keadaannya di bawah kita, janganlah hendak menghinakannya atau berbuat tidak senonoh, bersikap angkuh, sebaliknya harus belas kasihan dengan kesadaran, agar mereka merasa senang dan gembira hatinya, jangan sampai merasa takut dan liar, bagaikan tersayat hatinya, sebaliknya harus dituntun dibimbing dengan nasehat yahng lemah-lembut yang akan memberi keinsyafan dalam menginjak jalan kebaikan.
  4. Terhadap fakir-miskin, harus kasih sayang, ramah tamah serta bermanis budi, bersikap murah tangan, mencerminkan bahwa hati kita sadar. Coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika dalam keadaan kekurangan, oleh karena itu janganlah acuh tak acuh, hanya diri sendirilah yang senang, karena mereka jadi fakir-miskin itu bukannya kehendak sendiri, namun itulah kodrat Tuhan.

Demikanlah sesungguhnya sikap manusia yang penuh kesadaran, meskipun terhadap orang-orang asing karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam a. s. mengingat ayat 70 Surat Irso yang artinya :

“Sangat kami mulyakan keturunan Adam dan kami sebarkan segala yang berada di darat dan di lautan, juga kami mengutamakan mereka lebih utama dai makhluk lainnya.”

Kesimpulan dari ayat ini, bahwa kita sekalian seharusnya saling harga menghargai, jangan timbul kekecewaan, mengingat Surat Al-Maidah yang artinya :

“Hendaklah tolong menolong dengan sesama dalam melaksanakan kebajikan dan ketaqwaan dengan sungguh-sungguh terhadap agama maupun negara, sebaliknya janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan terhadap perintah agama maupun negara”.

Adapun soal keagamaan, itu terserah agamanya masing-masing, mengingat Surat Al-Kafirun ayat 6 :”Agamamu untuk kamu, agamaku untuk aku”,
Maksudnya jangan terjadi perselisihan, wajiblah kita hidup rukun dan damai, saling harga menghargai, tetapi janganlah sekali-kali ikut campur.
Cobalah renungakan pepatah leluhur kita:
“ Hendaklah kita bersikap budiman, tertib dan damai, andaikan tidak demikian, pasti sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna”. Karena yang menyebabkan penderitaan diri pribadi itu adalah akibat dari amal perbuatan diri sendiri.
Dalam surat An-Nahli ayat 112 diterangkan bahwa :

“Tuhan yang Maha Esa telah memberikan contoh, yakni tempat maupun kampung, desa maupun negara yang dahulunya aman dan tenteram, gemah ripah loh jinawi, namun penduduknya/ penghuninya mengingkari nikmat-nikmat Allah, maka lalu berkecamuklah bencana kelaparan, penderitaan dan ketakutan yang disebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri”.

Oleh karena demikian, hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti dalam segala jalan yang ditempuh, guna kebaikan dlohir-bathin, dunia maupun akhirat, supaya hati tenteram, jasad nyaman, jangan sekali-kali timbul persengketaan, tidak lain tujuannya “ Budi Utama-Jasmani Sempurna “ (Cageur-Bageur).
Tiada lain amalan kita, Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, amalkan sebaik-baiknya guna mencapai segala kebaikan, menjauhi segala kejahatan dhohir bathin yang bertalian dengan jasmani maupun rohani, yang selalu diselimuti bujukan nafsu, digoda oleh perdaya syetan.

Wasiat ini harus dilaksanakan dengan seksama oleh segenap murid-murid agar supaya mencapai keselamatan dunia dan akhirat.
Amin.

Patapan Suryalaya, 13 Pebruari 1956
Wasiat ini disampaikan kepada sekalian ikhwan

 

(KH.A Shohibulwafa Tadjul Arifin)

Abah Anom Pendiri Pesantren Inabah,Suryalaya

Pendiri Pesantren Inabah, Suryalaya

Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin adalah nama asli Abah Anom. Lahir 1 Januari 1915 di Suryalaya, Tasikmalaya. Ia anak kelima dari Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, atau Abah Sepuh, pendiri Pesantren Suryalaya. Sebuah pesantren tasawuf yang khusus mengajarkan Thariqat Qadiriyyah Naqsabandiyah (TQN).

Ia memasuki bangku sekolah dasar (Vervooleg school) di Ciamis, pada usia 8 tahun. Lima tahun kemudian melanjutkan ke madrasah tsanawiyah di kota yang sama. Usai tsanawiyah, barulah ia belajar ilmu agama Islam, secara lebih khusus di berbagai pesantren.

Ia keluar masuk berbagai macam pesantren yang ada di sekitar Jawa Barat seperti, Pesantren Cicariang dan Pesantren Jambudwipa di Cianjur untuk ilmu-ilmu alat dan ushuluddin. Sedangkan di Pesantren Cireungas, ia juga belajar ilmu silat. Minatnya untuk belajar silat diperdalam ke Pesantren Citengah yang dipimpin oleh Haji Djunaedi yang terkenal ahli “alat”, jago silat dan ahli hikmat.

Kegemarannya menuntut ilmu, menyebabkan Abah Anom menguasai berbagai macam ilmu keislaman pada usia relatif muda (18 tahun). Didukung dengan ketertarikannya pada dunia pesantren, telah mendorong ayahnya yang dedengkot Thoriqot Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN) untuk mengajarinya dzikir TQN. Sehingga ia menjadi wakil talqin ayahnya pada usia relatif muda.

Mungkin sejak itulah, ia lebih di kenal dengan sebutan Abah Anom. Ia resmi menjadi mursyid (pembimbing) TQN di Pesantren tasawuf itu sejak tahun 1950. Sebuah masa yang rawan dengan berbagai kekerasan bersenjata antar berbagai kelompok yang ada di masyarakat, terutama antara DI/TII melawan TNI.

“Tasawuf tidak hanya produk asli Islam, tapi ia telah berhasil mengembalikan umat Islam kepada keaslian agamanya pada kurun-kurun tertentu,” tegas Abah Anom, tentang eksistensi tasawuf dalam ajaran Islam.

Tasawuf yang dipahami Abah Anom, bukanlah kebanyakan tasawuf yang cenderung mengabaikan syari’ah karena mengutamakan dhauq (rasa). Menurutnya, sufi dan pengamal tarekat tidak boleh meninggalkan ilmu syari’ah atau ilmu fiqih. Bahkan, menurutnya lagi, ilmu syari’ah adalah jalan menuju ma’rifat.

Ia, sebagaimana lazimnya sosok sufi, tak ingin terkenal. “Ia amat sulit untuk diwawancarai wartawan, karena beliau tak ingin dikenal orang,” ungkap Ustadz Wahfiudin, mubaligh Jakarta yang menjadi salah seorang muridnya.

Kendati demikian, ia bukanlah sosok sufi yang lari ke hutan-hutan dan gunung-gunung, seperti legenda sufi yang sering mampir ke telinga kita. Yang hidup untuk dirinya sendiri, dan menuding masyarakat sebagai musuh yang menghalangi dirinya dari Allah swt. Ia akrab dengan berbagai medan kehidupan, mulai dari pertanian sampai pertempuran.

Pada tahun 50-60-an kondisi perekonomian rakyat amat mengkhawatirkan. Abah Anom turun sebagai pelopor pemberdayaan ekonomi umat. Ia aktif membangun irigasi untuk mengatur pertanian, juga pembangunan kincir angin untuk pembangkit tenaga listrik.

Bahkan Abah Anom membuat semacam program swasembada beras di kalangan masyarakat Jawa Barat untuk mengantisipasi krisis pangan. Aktivitas ini telah memaksa Menteri Kesejahteraan Rakyat Suprayogi dan Jendral A. H. Nasution untuk berkunjung dan meninjau aktifitas itu di Pesantren Suryalaya.

Medan pertempuran bukanlah wilayah asing bagi Abah Anom. Pada masa-masa perang kemerdekaan, bersama Brig. Jend. Akil bahu-membahu memulihkan keamanan dan ketertiban di wilayahnya. Ketika pemberontakan PKI meletus (1965), ia bersama para santrinya melakukan perlawanan bersenjata.

Bahkan tidak hanya sampai di situ, Abah Anom membuat program “rehabilitasi ruhani” bagi para mantan PKI. Tak heran, jika Abah mendapat berbagai penghargaan dari Jawatan Rohani Islam Kodam VI Siliwangi, Gubernur Jawa Barat dan instansi lainnya.

Medan pendidikan juga tak luput dari ruang aktivitasnya. Mulai dari pendirian Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah ‘Aliyah pada tahun 1977, sampai pendirian Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah pada tahun 1986.

Kiprahnya yang utuh di berbagai bidang kehidupan manusia, ternyata berawal dari pemahamannya tentang makna zuhud. Jika kebanyakan kaum sufi berpendapat zuhud adalah meninggalkan dunia, yang berdampak pada kemunduran umat Islam. Maka menurut pendapat Abah Anom,

“Zuhud adalah qasr al-’amal artinya, pendek angan-angan, tidak banyak mengkhayal dan bersikap realistis. Jadi zuhud bukan berarti makan ala kadarnya dan berpakaian compang camping.”

Abah merujuk pada surat An-Nur ayat 37 yaitu, “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah dan dari mendirikan shalat, (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati menjadi guncang.”

Jadi, menurut beliau seorang yang zuhud adalah orang yang mampu mengendalikan harta kekayaannya untuk menjadi pelayannya, sedangkan ia sendiri dapat berkhidmat kepada Allah swt semata. Atau seperti dikatakan Syekh Abdul Qadir Jailani,

“Dudukkanlah dirimu bersama kehidupan duniawi, sedangkan kalbumu bersama kehidupan akhirat, dan rasamu bersama Rabbmu.”

Inabah

Mengentaskan manusia dari limbah kenistaan bukanlah perkara mudah. Abah Anom memiliki landasan teoritis yang kuat untuk merumuskan metode penyembuhan ruhani, semuanya ada dalam nama pesantren itu sendiri yaitu, Inabah.

Abah Anom menjadikan Inabah tidak hanya sekedar nama bagi pesantrennya, tapi lebih dari itu, ia adalah landasan teoritis untuk membebaskan pasien dari gangguan kejiwaan karena ketergantungan terhadap obat-obat terlarang. Dalam kacamata tasawuf, ia adalah nama sebuah peringkat ruhani (maqam), yang harus dilalui seorang sufi dalam perjalanan ruhani menuju Allah swt.

“..Salah satu hasil dari muraqabatullah adalah al-inabah yang maknanya kembali dari maksiat menuju kepada ketaatan kepada Allah swt karena merasa malu ‘melihat’ Allah,” jelas Abah yang merujuk pada kitab Taharat Al-Qulub.

Dalam teori inabah, untuk menancapkan iman dalam qalbu, tak ada cara lain kecuali dengan dzikir laa ilaha ilallah, cara ini di kalangan TQN disebut talqin. Demikian juga dalam mesikapi mereka yang dirawat di pesantren Inabah. Mereka harus diberikan ‘pedang’ untuk menghalau musuh-musuh di dalam hati mereka, pedang itu adalah dzikrullah.

Orang-orang yang dirawat di Inabah diperlakukan seperti orang yang terkena penyakit hati, yang terjebak dalam kesulitan, kebingungan dan kesedihan. Mereka telah dilalaikan dan disesatkan setan sehingga tak mampu lagi berdzikir pada-Nya. Ibarat orang yang tak memiliki senjata lagi menghadapi musuh-musuhnya. Walhasil, obat untuk mereka adalah dzikir.

Shalat adalah salah satu bentuk dzikir. Menurut pandangan Abah Anom, para pasien itu belum dapat shalat karena masih dalam keadaan mabuk (sukara), karena itu langkah awalnya adalah menyadarkan mereka dari keadaan mabuk dengan mandi junub. Apalagi sifat pemabuk adalah ghadab (pemarah), yang merupakan perbuatan syaithan yang terbuat dari api. Obatnya tiada lain kecuali air.

Jadi, selain dzikir dan shalat, untuk menyembuhkan para pasien itu digunakan metode wudlu dan mandi junub. Perpaduan kedua metode itu sampai kini tetap digunakan Abah Anom untuk mengobati para pasiennya dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dan cukup berhasil. Buktinya, cabang Inabah tak hanya di Indonesia, di Singapura langsung berdiri sebuah cabang serta Malaysia dua buah cabang. Belum lagi tamu-tamu yang mengalir dari berbagai benua seperti Afrika, Eropa dan Amerika.

dari Suara Hidayatullah, 1999

sumber: http://muslimdelft.nl/titian_ilmu/biografi/abah_anom_sufi_yang_tak_menyendiri.php

Syariah Islam : Hukum Forex,Valas,Saham

FOREX dalam hukum ISLAM

بســـــــماللهالرحمنالرحيـــــــم

Dalam bukunya Prof. Drs. Masjfuk Zuhdi yang berjudul MASAIL FIQHIYAH; Kapita Selecta Hukum Islam, diperoleh bahwa Forex (Perdagangan Valas) diperbolehkan dalam hukum islam. Perdagangan valuta asing timbul karena adanya perdagangan barang-barang kebutuhan/komoditi antar negara yang bersifat internasional. Perdagangan (Ekspor-Impor) ini tentu memerlukan alat bayar yaitu UANG yang masing-masing negara mempunyai ketentuan sendiri dan berbeda satu sama lainnya sesuai dengan penawaran dan permintaan diantara negara-negara tersebut sehingga timbul PERBANDINGAN NILAI MATA UANG antar negara.

Perbandingan nilai mata uang antar negara terkumpul dalam suatu BURSA atau PASAR yang bersifat internasional dan terikat dalam suatu kesepakatan bersama yang saling menguntungkan. Nilai mata uang suatu negara dengan negara lainnya ini berubah (berfluktuasi) setiap saat sesuai volume permintaan dan penawarannya. Adanya permintaan dan penawaran inilah yang menimbulkan transaksi mata uang. Yang secara nyata hanyalah tukar-menukar mata uang yang berbeda nilai.

TRANSAKSI VALAS dalam HUKUM ISLAM

1. Ada Ijab-Qobul: —> Ada perjanjian untuk memberi dan menerima • Penjual menyerahkan barang dan pembeli membayar tunai. • Ijab-Qobulnya dilakukan dengan lisan, tulisan dan utusan. • Pembeli dan penjual mempunyai wewenang penuh melaksanakan dan melakukan tindakan-tindakan hukum (dewasa dan berpikiran sehat)

2. Memenuhi syarat menjadi objek transaksi jual-beli yaitu: • Suci barangnya (bukan najis) • Dapat dimanfaatkan • Dapat diserahterimakan • Jelas barang dan harganya • Dijual (dibeli) oleh pemiliknya sendiri atau kuasanya atas izin pemiliknya • Barang sudah berada ditangannya jika barangnya diperoleh dengan imbalan. Perlu ditambahkan pendapat Muhammad Isa, bahwa jual beli saham itu diperbolehkan dalam agama.

لاتشترواالسمكفیالماءفاءنهغرد

“Jangan kamu membeli ikan dalam air, karena sesungguhnya jual beli yang demikian itu mengandung penipuan”. (Hadis Ahmad bin Hambal dan Al Baihaqi dari Ibnu Mas’ud)

Jual beli barang yang tidak di tempat transaksi diperbolehkan dengan syarat harus diterangkan sifat-sifatnya atau ciri-cirinya. Kemudian jika barang sesuai dengan keterangan penjual, maka sahlah jual belinya. Tetapi jika tidak sesuai maka pembeli mempunyai hak khiyar, artinya boleh meneruskan atau membatalkan jual belinya. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi riwayat Al Daraquthni dari Abu Hurairah:

منسترئشيتالميرهفلهالخيارإذاراه

Barang siapa yang membeli sesuatu yang ia tidak melihatnya, maka ia berhak khiyar jika ia telah melihatnya”.

Jual beli hasil tanam yang masih terpendam, seperti ketela, kentang, bawang dan sebagainya juga diperbolehkan, asal diberi contohnya, karena akan mengalami kesulitan atau kerugian jika harus mengeluarkan semua hasil tanaman yang terpendam untuk dijual.

Hal ini sesuai dengan kaidah hukum Islam:

المشقةتجلبالتيسر

Kesulitan itu menarik kemudahan. Demikian juga jual beli barang-barang yang telah terbungkus/tertutup, seperti makanan kalengan, LPG, dan sebagainya, asalkam diberi label yang menerangkan isinya. Vide Sabiq, op. cit. hal. 135. Mengenai teks kaidah hukum Islam tersebut di atas, vide Al Suyuthi, Al Ashbah wa al Nadzair, Mesir, Mustafa Muhammad, 1936 hal. 55.

JUAL BELI VALUTA ASING DAN SAHAM

Yang dimaksud dengan valuta asing adalah mata uang luar negeri seperi dolar Amerika, poundsterling Inggris, ringgit Malaysia dan sebagainya. Apabila antara negara terjadi perdagangan internasional maka tiap negara membutuhkan valuta asing untuk alat bayar luar negeri yang dalam dunia perdagangan disebut devisa. Misalnya eksportir Indonesia akan memperoleh devisa dari hasil ekspornya, sebaliknya importir Indonesia memerlukan devisa untuk mengimpor dari luar negeri.

Dengan demikian akan timbul penawaran dan perminataan di bursa valuta asing. setiap negara berwenang penuh menetapkan kurs uangnya masing-masing (kurs adalah perbandingan nilai uangnya terhadap mata uang asing) misalnya 1 dolar Amerika = Rp. 12.000. Namun kurs uang atau perbandingan nilai tukar setiap saat bisa berubah-ubah, tergantung pada kekuatan ekonomi negara masing-masing. Pencatatan kurs uang dan transaksi jual beli valuta asing diselenggarakan di Bursa Valuta Asing (A. W. J. Tupanno, et. al. Ekonomi dan Koperasi, Jakarta, Depdikbud 1982, hal 76-77)

FATWA M.U.I TENTANG PERDAGANGAN VALAS

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 28/DSN-MUI/III/2002, tentang Jual Beli Mata Uang (Al-Sharf).

MENIMBANG :

a. Bahwa dalam sejumlah kegiatan untuk memenuhi berbagai keperluan, seringkali diperlukan transaksi jual-beli mata uang (al-sharf), baik antar mata uang sejenis maupun antar mata uang berlainan jenis.

b. Bahwa dalam ‘urf tijari (tradisi perdagangan) transaksi jual beli mata uang dikenal beberapa bentuk transaksi yang status hukumnya dalam pandang ajaran Islam berbeda antara satu bentuk dengan bentuk lain.

c. Bahwa agar kegiatan transaksi tersebut dilakukan sesuai dengan ajaran Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang al-Sharf untuk dijadikan pedoman.

MENGINGAT :

” Firman Allah, QS. Al-Baqarah[2]:275: “…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”

” Hadis nabi riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah dari Abu Sa’id al-Khudri:Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)’ (HR. al-baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).

” Hadis Nabi Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w bersabda: “(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.”.

” Hadis Nabi riwayat Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad, dari Umar bin Khattab, Nabi s.a.w bersabda: “(Jual-beli) emas dengan perak adalah riba kecuali (dilakukan) secara tunai.”..

” Hadis Nabi riwayat Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w bersabda: Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagaian atas sebagian yang lain; dan janganlah menjual emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai.

” Hadis Nabi riwayat Muslim dari Bara’ bin ‘Azib dan Zaid bin Arqam : Rasulullah saw melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai).

” Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf: “Perjanjian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

” Ijma. Ulama sepakat (ijma’) bahwa akad al-sharf disyariatkan dengan syarat-syarat tertentu.

MEMPERHATIKAN:

1. Surat dari pimpinah Unit Usaha Syariah Bank BNI no. UUS/2/878

2. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari’ah Nasional pada Hari Kamis, tanggal 14 Muharram 1423H/ 28 Maret 2002.

MEMUTUSKAN

Dewan Syari’ah Nasional Menetapkan : FATWA TENTANG JUAL BELI MATA UANG (AL-SHARF).

Pertama : Ketentuan Umum

Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut:

a.Tidak untuk spekulasi (untung-untungan).

b.Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan).

c.Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at-taqabudh).

d.Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dan secara tunai.

Kedua : Jenis-jenis transaksi Valuta Asing

a.Transaksi SPOT, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing untuk penyerahan pada saat itu (over the counter) atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional.

b.Transaksi FORWARD, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2×24 jam sampai dengan satu tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan adalah harga yang diperjanjikan (muwa’adah) dan penyerahannya dilakukan di kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah).

c.Transaksi SWAP yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga forward. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).

d.Transaksi OPTION yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).

Ketiga : Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 14 Muharram 1423 H / 28 Maret 2002 M

DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA

Hukum Melafalkan Niat dalam Shalat

Adapun hukum melafalkan niat shalat pada saat menjelang takbiratul ihram menurut kesepakatan para pengikut mazhab Imam Syafi’iy (Syafi’iyah) dan pengikut mazhab Imam Ahmad bin Hambal (Hanabilah) adalah sunnah, karena melafalkan niat sebelum takbir dapat membantu untuk mengingatkan hati sehingga membuat seseorang lebih khusyu’ dalam melaksanakan shalatnya.

Jika seseorang salah dalam melafalkan niat sehingga tidak sesuai dengan niatnya, seperti melafalkan niat shalat ‘Ashar tetapi niatnya shalat Dzuhur, maka yang dianggap adalah niatnya bukan lafal niatnya. Sebab apa yang diucapkan oleh mulut itu (shalat ‘Ashar) bukanlah niat, ia hanya membantu mengingatkan hati. Salah ucap tidak mempengaruhi niat dalam hati sepanjang niatnya itu masih benar.

Menurut pengikut mazhab Imam Malik (Malikiyah) dan pengikut Imam Abu Hanifah (Hanafiyah) bahwa melafalkan niat shalat sebelum takbiratul ihram tidak disyari’atkan kecuali bagi orang yang terkena penyakit was was (ragu terhadap niatnya sendiri). Menurut penjelasan Malikiyah, bahwa melafalkan niat shalat sebelum takbir menyalahi keutamaan (khilaful aula), tetapi bagi orang yang terkena penyakit was was hukum melafalkan niat sebelum shalat adalah sunnah. Sedangkan penjelasan al Hanafiyah bahwa melafalkan niat shalat sebelum takbir adalah bid’ah, namun dianggap baik (istihsan) melafalkan niat bagi orang yang terkena penyakit was was.

Sebenarnya tentang melafalkan niat dalam suatu ibadah wajib pernah dilakukan oleh Rasulullah saw pada saat melaksanakan ibadah haji.

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ الله ُعَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلّّمَ يَقُوْلُ لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَحَجًّاً

“Dari Anas r.a. berkata: Saya mendengar Rasullah saw mengucapkan, “Labbaika, aku sengaja mengerjakan umrah dan haji”.” (HR. Muslim).

Memang ketika Nabi Muhammad SAW  melafalkan niat itu dalam menjalankan ibadah haji, bukan shalat, wudlu’ atau ibadah puasa, tetapi tidak berarti selain haji tidak bisa diqiyaskan atau dianalogikan sama sekali atau ditutup sama sekali untuk melafalkan niat.

Memang tempatnya niat ada di hati, tetapi untuk sahnya niat dalam ibadah itu disyaratkan empat hal, yaitu Islam, berakal sehat (tamyiz), mengetahui sesuatu yang diniatkan dan tidak ada sesuatu yang merusak niat.  Syarat yang nomor tiga (mengetahui sesuatu yang diniatkan) menjadi tolok ukur tentang diwajibkannya niat. Menurut ulama fiqh, niat diwajibkan dalam dua hal. Pertama, untuk membedakan antara ibadah dengan kebiasaan (adat), seperti membedakan orang yang beri’tikaf di masjid dengan orang yang beristirahat di masjid. Kedua, untuk membedakan antara suatu ibadah dengan ibadah lainnya, seperti membedakan antara shalat Dzuhur dan shalat ‘Ashar.

Karena melafalkan niat sebelum shalat tidak termasuk dalam dua kategori tersebut tetapi pernah dilakukan Nabi Muhammad dalam ibadah hajinya, maka hukum melafalkan niat adalah sunnah. Imam Ramli mengatakan:

وَيُنْدَبُ النُّطْقُ بِالمَنْوِيْ قُبَيْلَ التَّكْبِيْرِ لِيُسَاعِدَ اللِّسَانُ القَلْبَ وَلِأَنَّهُ أَبْعَدُ عَنِ الوِسْوَاسِ وَلِلْخُرُوْجِ مِنْ خِلاَفِ مَنْ أَوْجَبَهُ

“Disunnahkan melafalkan niat menjelang takbir (shalat) agar mulut dapat membantu (kekhusyu’-an) hati, agar terhindar dari gangguan hati dank arena menghindar dari perbedaan pendapat yang mewajibkan melafalkan niat”. (Nihayatul Muhtaj, juz I,: 437)

Jadi, fungsi melafalkan niat adalah untuk mengingatkan hati agar lebih siap dalam melaksanakan shalat sehingga dapat mendorong pada kekhusyu’an. Karena melafalkan niat sebelum shalat hukumnya sunnah, maka jika dikerjakan dapat pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa. Adapun memfitnah, bertentangan dan perpecahan antar umat Islam karena masalah hukum sunnah adalah menyalahi syri’at Allah SWT. Wallahu a’lam bish-shawab.

source :

H.M.Cholil Nafis, MA.
Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masa’il PBNU
di ambil dari nu.or.id

THARIQAH QADIRIYAH NAQSABANDIYAH

Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah adalah perpaduan dari dua buah tarekat besar, yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah Naqsabandiyah.Pendiri tarekat baru ini adalah seorang Sufi Syaikh besar Masjid Al-Haram di Makkah al-Mukarramah bernama Syaikh Ahmad Khatib Ibn Abd.Ghaffar al-Sambasi al-Jawi (w.1878 M.). Beliau adalah seorang ulama besar dari Indonesia yang tinggal sampai akhir hayatnya di Makkah.

Syaikh Ahmad Khatib adalah mursyid Thariqah Qadiriyah, di samping juga mursyid dalam Thariqah Naqsabandiyah. Tetapi ia hanya menyebutkan silsilah tarekatnya dari sanad Thariqah Qadiriyah saja. Sampai sekarang belum diketemukan secara pasti dari sanad mana beliau menerima bai’at Thariqah Naqsabandiyah.

Sebagai seorang mursyid yang kamil mukammil Syaikh Ahmad Khatib sebenarnya memiliki otoritas untuk membuat modifikasi tersendiri bagi tarekat yang dipimpinnya. Karena dalam tradisi Thariqah Qadiriyah memang ada kebebasan untuk itu bagi yang telah mempunyai derajat mursyid. Karena pada masanya telah jelas ada pusat penyebaran Thariqah Naqsabandiyah di kota suci Makkah maupun di Madinah, maka sangat dimungkinkan ia mendapat bai’at dari tarekat tersebut. Kemudian menggabungkan inti ajaran kedua tarekat tersebut, yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah Naqsabandiyah dan mengajarkannya kepada murid-muridnya, khususnya yang berasal dari Indonesia.

Penggabungan inti ajaran kedua tarekat tersebut karena pertimbangan logis dan strategis, bahwa kedua tarekat tersebut memiliki inti ajaran yang saling melengakapi, terutama jenis dzikir dan metodenya. Di samping keduanya memiliki kecenderungan yang sama, yaitu sama-sama menekankan pentingnya syari’at dan menentang faham Wihdatul Wujud.

Thariqah Qadiriyah mengajarkan Dzikir Jahr Nafi Itsbat, sedangkan Thariqah Naqsabandiyah mengajarkan Dzikir Sirri Ism Dzat. Dengan penggabungan kedua jenis tersebut diharapkan para muridnya akan mencapai derajat kesufian yang lebih tinggi, dengan cara yang lebih mudah atau lebih efektif dan efisien.

Dalam kitab Fath al-‘Arifin, dinyatakan tarekat ini tidak hanya merupakan penggabungan dari dua tarekat tersebut. Tetapi merupakan penggabungan dan modifikasi berdasarkan ajaran lima tarekat, yaitu Tarekat Qadiriyah, Tarekat Anfasiyah, Junaidiyah, dan Tarekat Muwafaqah (Samaniyah). Karena yang diutamakan adalah ajaran Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah, maka tarekat tersebut diberi nama Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah.

Disinyalir tarekat ini tidak berkembang di kawasan lain (selain kawasan Asia Tenggara). Penamaan tarekat ini tidak terlepas dari sikap tawadlu’ dan ta’dhim Syaikh Ahmad Khathib al-Sambasi terhadap pendiri kedua tarekat tersebut. Beliau tidak menisbatkan nama tarekat itu kepada namanya. Padahal kalau melihat modifikasi ajaran yang ada dan tatacara ritual tarekat itu, sebenarnya layak kalau ia disebut dengan nama Tarekat Khathibiyah atau Sambasiyah, karena memang tarekat ini adalah hasil ijtihadnya.

Sebagai suatu mazhab dalam tasawuf, Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah memiliki ajaran yang diyakini kebenarannya, terutama dalam hal-hal kesufian. Beberapa ajaran yang merupakan pandangan para pengikut tarekat ini bertalian dengan masalah tarekat atau metode untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Metode tersebut diyakini paling efektif dan efisien. Karena ajaran dalam tarekat ini semuanya didasarkan pada Al-Qur’an, Al-Hadits, dan perkataan para ‘ulama arifin dari kalangan Salafus shalihin.

Setidaknya ada empat ajaran pokok dalam tarekat ini, yaitu : tentang kesempurnaan suluk, tentang adab (etika), tentang dzikir, dan tentang murakabah.

Shalat Sunah Maghrib-Isya

DIANTARA MAGHRIB – ISYA DAN KEUTAMAAN DZIKIR

SETELAH SHOLAT MAGRIB HINGGA ISYA

Ø Sabda Rasulullah Saw :

“Barangsiapa shalat sehabis Maghrib enam raka’at saja dengan tidak diselingi bercakap-cakap, maka pahalanya sebanding dengan ibadah dua belas tahun”.(H.R. Bukhari Muslim)

Ø Abu Hurairah ra, mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda :

“Barangsiapa melaksanakan shalat setelah Maghrib enam raka’at, ia tidak bicara kejelekkan pada waktu itu, maka baginya pahala ibadah sebanding dua belas tahun”.(H.R. Ibnu Majah Ibnu Huzaimah dan Tirmizi)

Ø Hadis riwayat Aisyah :

“Barangsiapa melakukan sholat dua puluh raka’at setelah maghrib, maka Allah akan membangun baginya satu rumah di surga”. (H.R Ibnu Majah dan Tirmizi)

Ø Sabda Rasulullah Saw :

“Barangsiapa yang sholat antara Maghrib dan Isya dua puluh raka’at maka Allah dirikan untuknya gedung di surga”. (Al-Hadits)

Ø Huzhaifah ra, berkata :

“Aku mendatangi Nabi Saw lalu aku shalat Maghrib bersama Nabi hingga shalat Isya”. (H.R. Nasa’i)

Ø Abu Syaikh meriwayatkan hadis dari Zubair ra :

“Barangsiapa duduk berdzikir setelah shalat Maghrib hingga shalat Isya, nilai duduknya itu sama dengan perang dijalan Allah. Dan barangsiapa duduk berdzikir setelah shalat subuh hingga matahari terbit, nilainya sama dengan pergi berjuang dijalan Allah”.

Ø Hadis riwayat Ibnu Hibban :

“Perbanyaklah dzikir (ingat) kepada Allah sehingga orang-orang mengatakan bahwa (kamu) adalah orang gila”.

Ø Sabda Rasulullah Saw :

“Maukah aku kabarkan kepada kalian mengenai amal-amal kalian yang paling baik, yang paling suci disisi Tuhan kalian, yang dapat meningkatkan keluhuran derajat kalian, yang lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, dan yang lebih baik bagi kalian daripada bertemu dengan musuh kalian sehingga kalian memukul leher-leher mereka dan mereka memukul leher-leher kalian?”Mereka (para sahabat) berkata : “Baiklah, wahai Rasulullah!”Beliau bersabda : “Dzikir (ingat) kepada Allah Yang Maha Agung lagi Maha Luhur”.

(H.R Muslim, Nasa’i dan Bazzar ra)

Sholat-sholat sunnat antara Maghrib – Isya :

§ Shalat sunnat ba’da Maghrib (dua raka’at)

§ Shalat sunnat Awwabin (khusus awwabin saja)  (dua raka’at)

§ Shalat sunnat Awwabin serta Hifdhil Iman  ( dua raka’at )

§ Shalat sunnat Awwabin serta Istikharah  (dua raka’at)

§ Shalat sunnat Hajat  (dua raka’at)

§ Shalat sunnat Birrulwaalidaini (dua raka’at)

§ Shalat sunnat Halala-Hajati (Saefi) (dua raka’at)

§ Shalat sunnat Lidafil Bala’i  (dua raka’at)

§ Shalat sunnat Ikhlas  (dua raka’at)

§ Shalat sunnat Muthlaq ( dua raka’at )

Atau :

§ Sunnat ba’da Maghrib (dua raka’at)

§ Sunnat Awwabin (enam raka’at atau paling sedikit dua raka’at)

§ Sunnat Taubat (dua raka’at)

§ Sunnat Birrulwalidaini (untuk kebaikan dan keselamatan orang tua didunia dan akherat) ( dua raka’at)

§ Sunnat Lihifdhil Iman (untuk menjaga keimanan kita sampai hari qiamat) ( dua raka’at )

§ Sunnat Lisyukri Nikmat (dua raka’at)

” Jangan sia-siakan waktumu karena waktu itu

sangat mahal “